Selasa, 11 Mei 2010

Abstrak Faktor Fundamental

ABSTRAKSI

Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Faktor permodalan memiliki fungsi strategis dalam meningkatkan kemampuan perusahaan, selain untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Setiap investor yang akan menginvestasikan dananya tentu akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Investor harus berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi sebelum memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbitkan saham. Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan informasi tentang penilaian saham. Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur harga saham, yaitu analisis fundamental. Penelitian dengan judul : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERGABUNG DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX”
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah ada pengaruh antara Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), tingkat pertumbuhan (Growth) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada perusahaan go public yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ?
Penelitian ini merupakan penelitian penjelas (explanatory research). Dalam penelitian ini, jumlah perusahaan yang tergabung dalam JII sebanyak 32 perusahaan sehingga banyaknya sampel penelitian adalah 32 perusahaan dengan periode data tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan ternyata variabel faktor-faktor fundamental yang terdiri dari Price earning Ratio (X1), Price to Book Value (X2), Growth (X3) dan Return On Equity (X4) berpengaruh terhadap Harga Saham (Y) secara simultan, namun tidak semua variabel memberikan pengaruh secara parsial yaitu variabel Price to Book Value dan Return On Equity. (2) PER yang rendah lebih menarik investor dibanding PER yang tinggi, (3) Price Book Value (PBV) tidak memberikan pengaruh terhadap harga saham kemungkinan karena harga-harga saham mengalami ketidakpastian seperti terjadinya overvalued maupun undervalued yang menimbulkan keraguan di pihak investor. (4) Growth berpengaruh terhadap harga saham (5) Return On Equity (ROE) tidak mempengaruhi harga saham. Seharusnya Return On Equity (ROE) yang ada dapat digunakan secara mutlak untuk mengestimasi variabilitas harga saham dan peningkatan nilai ROE yang dihasilkan menunjukkan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham.

HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERGABUNG DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERGABUNG DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX”

Oleh Iin Nistiana
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang

ABSTRAKSI

Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Faktor permodalan memiliki fungsi strategis dalam meningkatkan kemampuan perusahaan, selain untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Setiap investor yang akan menginvestasikan dananya tentu akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Investor harus berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi sebelum memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbitkan saham. Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan informasi tentang penilaian saham. Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur harga saham, yaitu analisis fundamental.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah ada pengaruh antara Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), tingkat pertumbuhan (Growth) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada perusahaan go public yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ?
Penelitian ini merupakan penelitian penjelas (explanatory research). Dalam penelitian ini, jumlah perusahaan yang tergabung dalam JII sebanyak 32 perusahaan sehingga banyaknya sampel penelitian adalah 32 perusahaan dengan periode data tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan ternyata variabel faktor-faktor fundamental yang terdiri dari Price earning Ratio (X1), Price to Book Value (X2), Growth (X3) dan Return On Equity (X4) berpengaruh terhadap Harga Saham (Y) secara simultan, namun tidak semua variabel memberikan pengaruh secara parsial yaitu variabel Price to Book Value dan Return On Equity. (2) PER yang rendah lebih menarik investor dibanding PER yang tinggi, (3) Price Book Value (PBV) tidak memberikan pengaruh terhadap harga saham kemungkinan karena harga-harga saham mengalami ketidakpastian seperti terjadinya overvalued maupun undervalued yang menimbulkan keraguan di pihak investor. (4) Growth berpengaruh terhadap harga saham (5) Return On Equity (ROE) tidak mempengaruhi harga saham. Seharusnya Return On Equity (ROE) yang ada dapat digunakan secara mutlak untuk mengestimasi variabilitas harga saham dan peningkatan nilai ROE yang dihasilkan menunjukkan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham.


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh return, sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan
Model penilaian berdasar faktor fundamental menunjukkan bahwa ekuitas berkaitan dengan (1) laba akuntansi; (2) ukuran neraca dari asset dan kewajiban; (3) mendasarkan pada preposisi bahwa pada kondisi yang realistis dimana terdapat pasar tidak sempurna, sistem akuntansi menyediakan informasi mengenai nilai buku dan laba sebagai komponen pelengkap dari nilai ekuitas (Burgstahler dan Dichey, 1997).
Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Namun keadaan perekonomian pasca krisis global sampai saat ini ternyata masih mengalami kelesuan meskipun pada hampir seluruh sektor perekonomian telah berupaya melakukan pembenahan, menata struktur industri perusahaan di masa depan. Faktor permodalan memiliki fungsi strategis dalam meningkatkan kemampuan perusahaan, selain untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Setiap investor yang akan menginvestasikan dananya tentu akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas (Tjiptono D. dan Hendi M. F, 2001: 2).
Investor harus berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi sebelum memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbitkan saham. Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan informasi tentang penilaian saham. Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur harga saham, yaitu analisis fundamental (Anastasia, dkk, 2003). Di dalam penelitian tersebut, faktor-faktor fundamental adalah : nilai intrinsik, nilai pasar, Return On Total Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Price Earning Ratio (PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Dividen Yield dan likuiditas saham.
Investor dapat mempertimbangkan rasio pasar modal seperti rasio harga per nilai buku (PBV) untuk membedakan saham mana yang harganya wajar, terlalu tinggi (overvalued) atau terlalu rendah (undervalued). Strategi ini pada umumnya menghubungkan rasio price to book value dengan nilai intrinsic saham yang diperkirakan berdasakrn model penilaian saham (Hartono, 2000: 82). Rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi.
Sementara itu, nilai saham perusahaan dapat diprediksi salah satunya melalui kesempatan tumbuh. Perusahaan yang terus-menerus tumbuh dengan mudah menarik modal karena hal tersebut merupakan sumber pertumbuhan. Perusahaan dengan pertumbuhan laba tinggi, sebagian besar penilaian ekuitas akan ditunjukkan oleh laba abnormal dan sebagian kecil ditunjukkan oleh nilai buku ekuitas. Hasil penelitian Naimah dan Utama (2006) menunjukkan bahwa perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) tinggi, pengaruh laba akuntansi terhadap harga saham akan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami pertumbuhan rendah. Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh nilai buku ekuitas terhadap harga saham antara perusahaan yang mengalami pertumbuhan tinggi dengan perusahaan yang mengalami pertumbuhan rendah.
ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar (Sartono, 2001: 124). Perusahaan dalam penilaian ekuitas tergantung pada investasi yang diantisipasi di masa yang akan datang, dan selanjutnya akan tergantung pada potensi efisiensi dan pertumbuhan. Nilai ekuitas perusahaan yang profitabilitasnya rendah terdiri dari nilai pemberhentian aktiva dan laba yang diperoleh sebelum titik pemberhentian. Nilai buku digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menyesuaikan usaha alternatif. Jika rasio laba terhadap nilai buku (ROE) rendah maka memungkinkan perusahaan mengambil pilihan untuk mengalihkan penggunaan sumber dayanya terhadap alternative penggunaan yang lebih unggul. Penelitian Naimah dan Utama (2006) mengungkap bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi, pengaruh laba akuntansi terhadap harga saham akan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami pertumbuhan rendah.
Penelitian dilakukan terhadap perusahaan go public yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index karena di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non syariah, melainkan berupa pembentukan index saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, di BEI terdapat JII yang merupakan 32 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Jakarta Islamic Index dimaksudkan sebagai tolok ukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuitas secara syariah. JII terdiri atas 32 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh antara Price Earning Ratio (PER) terhadap Harga Saham pada perusahaan go public yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ?
2. Apakah ada pengaruh antara Price to Book Value (PBV) terhadap Harga Saham pada perusahaan go public yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ?
3. Apakah ada pengaruh antara tingkat pertumbuhan (Growth) terhadap Harga Saham pada perusahaan go public yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ?
4. Apakah ada pengaruh antara Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada perusahaan go public yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ?
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal menurut UU No. 8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan public offering (penawaran umum) dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sementara itu, Marzuki Usman (1989) menyatakan bahwa :
“Lembaga pasar modal merupakan pelengkap disektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasannya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik dana dalam hal ini disebut emiten (perusahaan yang go public) untuk keperluan investasi portofolionnya sehingga pada akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan”.

Suatu saham dapat dicantumkan di bursa (supaya dapat go-public) berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh BEI adalah sebagai berikut :
 Pernyataan pendaftaran emisi telah dinyatakan efektif oleh Bapepam.
 Laporan keuangan diaudit akuntan terdaftar di Bapepam dengan pendapat Wajar Tanpa Kualifikasi (WTK) untuk tahun buku terakhir.
 Minimal jumlah saham yang dicatatkan 1 juta saham.
 Jumlah pemegang saham minimal 200 pemodal (1 pemodal membeli sekurang-kurangnya 500 saham).
 Telah berdiri dan beroperasi sekurang-kurangnya 3 tahun.
 Secara akuntansi telah mencatat laba atau rugi operasional.
 Secara ekonomis telah memperoleh pendapatan atau biaya yang berhubungan dengan operasionalisasi pokok.
 Anggota direksi dan komisaris memiliki reputasi yang baik.
2.1.2 Pengertian Jakarta Islamic Index
Indeks harga saham menunjukkan perkembangan pasar modal pada khususnya,serta perkembangan perekonomian pada umumnya. Indeks harga saham mencerminkan kejadian-kejadian ekonomi, sosial, politik, dan keamanan suatu negara. Dengan demikian dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market).
Salah satu indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah Jakarta Islamic Index (JII). JII adalah index saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuitas secara syariah.
Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Invesment Management. Sedangkan untuk menetapkan saham-saham yang akan masuk dalam perhitungan JII dilakukan dengan urutan seleksi sebagai berikut :
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengan tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90 %.
3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir.
Saham-saham yang masuk dalam index syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti :
• Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
• Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional
• Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram
• Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan / atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
2.1.3 Pengertian Faktor Fundamental Perusahaan
Analisis fundamental merupakan suatu studi yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan keuangan suatu bisnis dengan maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan publik yang menerbitkan saham biasa tersebut (Robbert Ang, 1997).
Analisis fundamental adalah metode analisis berdasarkan kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk memastikan bahwa saham yang dibeli merupakan saham perusahaan yang berkinerja baik. Dengan begitu perusahaan memiliki ekspektasi positif terhadap pertumbuhan harga sahamnya. Analisis fundamental akan meminimalkan risko kemungkinan membeli saham yang berpotensi untuk di-delisting dari papan bursa. Analisis fundamental juga dipakai untuk menganalisis tingkat kewajaran suatu saham. Mengukur tingkat kewajaran suatu saham biasanya adalah dengan membandingkan ratio-ratio keuangan tertentu dengan saham lainnya yang bergerak dalam bisnis yang sama (Tryfino, 2009 :8).
Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Jika prospek suatu perusahaan publik adalah sangat kuat dan baik, maka harga saham perusahaan tersebut diperkirakan akan merefleksikan kekuatan tersebut dan harganya akan meningkat.
Berikut ini beberapa analisis fundamental yang cukup efektif digunakan dan dipahami oleh para investor kecil yaitu Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER).
2.1.4 Pengertian Harga Saham
Harga saham merupakan harga per lembar saham yang berlaku di pasar modal. Harga saham di pasar modal terdiri dari tiga kategori, yaitu harga tertinggi (high price), harga terendah (low price) dan harga penutupan (close price). Harga tertinggi atau terendah adalah harga saham yang paling tinggi atau yang paling rendah terjadi pada satu hari di bursa. Harga penutupan adalah harga yang terjadi terakhir pada saat akhir jam bursa. Dari ketiga kategori tersebut dapat dilihat perubahan harga saham yang terjadi. Masing-masing investor sering mengalami persepsi yang berbeda sehingga sering salah dalam mengambil keputusan investasi. Kesalahan tersebut akibat dari investor sering tergesa-gesa menjual sahamnya tanpa diperhitungkan apakah saham tersebut mempunyai prospek yang bagus atau tidak.




2.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :










Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Berdasar Skripsi Slamet Sudarmadi, 2007
2.3 Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : “
1. Ada pengaruh Price Earning Ratio terhadap Harga Saham.”
2. Ada pengaruh Price Book Value terhadap Harga Saham
3. Ada pengaruh Growth terhadap Harga Saham
4. Ada pengaruh Return On Equity terhadap Harga Saham

3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian penjelas (explanatory research) yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang dirumuskan.
3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
3.2.1 Price Earning Ratio
Perbandingan antara harga saham dengan EPS. Earning per shares (EPS) merupakan rasio yang mengukur besarnya laba yang diberikan kepada pemegang saham, yang diperoleh dari pembagian laba bersih dengan jumlah saham (Kertonegoro, 1995: 111).
3.2.2 Price to Book Value
Price to Book Value merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas.
3.2.3 Growth
Laju pertumbuhan diperkirakan dengan melihat rata-rata geometrik laju pertumbuhan EPS.
3.2.4 Return On Equity
Rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan modal saham yang dimiliki perusahaan, dimana indikator pengukurannya menggunakan satuan persen
3.2.5 Harga Saham
Harga saham adalah nilai yang ditetapkan dalam setiap lembar saham berdasarkan pembukuan emiten.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index sampai dengan tahun 2007. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Indec pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Oleh karena pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 data perusahaan konsisten sebanyak 32 perusahaan maka seluruh 32 perusahaan tersebut dijadikan sebagai sampel
3.4 Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder (archival) yang terdiri dari data perusahaan go public yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index, yang terdiri dari :
1. Laporan keuangan perusahaan tahun diperoleh dari buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
2. Harga penutupan saham pada tanggal 31 Desember yang diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3. Informasi fundamental perusahaan yang terdiri atas price earning ratio, price to book value, growth dan return on equity yang hasilnya diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdapat pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3.5 Analisis Data
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang diperoleh dari metode Ordinary Least Square (OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier Unbias Estimator / BLUE). Kondisi ini akan terjadi apabila memenuhi beberapa asumsi klasik, seperti normalitas, tidak ada multikolinieritas yang sempurna antar variabel bebas, tidak ada autokorelasi dan heteroskedastisitas.
3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis regresi linier berganda. Persamaan untuk mengetahui regresi dengan adalah :
Y = β0 + β1 PER + β2 PBV + β3 Growth + β4 ROE
Dimana :
Y = Harga Saham
PER = Price Earning Ratio perusahaan sampel tahun 2005-2007
PBV = Price to Book Value perusahaan sampel tahun 2005-2007
Growth = Earning Per Share perusahaan sampel tahun 2005-2007
ROE = Return On Equity perusahaan sampel tahun 2005-2007
β = Kostanta
β1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi

HASIL PENELITIAN
4.1 Deskriptif Analisis
. Berdasarkan data-data yang ada sampel yang digunakan dalam penelitian, dapat diperlihatkan kisaran teoritis dan aktual, mean, median, standar deviasi seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PER 96 -14.16 270.61 24.9571 35.06936
PBV 96 -5.02 21.26 3.7510 3.80699
GROWTH 96 -428 10663 452.01 1261.423
ROE 96 -18.13 84.60 21.7808 19.69653
Harga_Saham 96 90 96,250 6,187.66 11,736.507
Valid N (listwise) 96

4.2 Analisis Data
1. Uji Normalitas
Tabel
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PER PBV GROWTH ROE Harga_Saham
N 96 96 96 96 96
Normal Parametersa,,b Mean 24.9571 3.7510 452.01 21.7808 6,187.66
Std. Deviation 35.06936 3.80699 1261.423 19.69653 11,736.507
Most Extreme Differences Absolute .277 .197 .355 .142 .302
Positive .277 .197 .355 .142 .257
Negative -.232 -.168 -.329 -.107 -.302
Kolmogorov-Smirnov Z 2.719 1.929 3.482 1.395 2.956
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .041 .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan uji normalitas melalui Kolmogorov-Smirnov seperti yang terlihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa keseluruhan variabel tidak berdistribusi normal. Menurut Ghozali (2006: 27), langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate adalah screening terhadap normalitas data, karena jika terdapat normalitas maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Sementara apabila data-data variabel terdapat normalitas atau tidak normal, maka normalitas data data dapat dilakukan transformasi data agar menjadi normal. Melihat keseluruhan variabel tidak berdistribusi secara normal, maka variabel-variabel dalam penelitian ini dilakukan transformasi dengan hasil sebagai berikut :

Tabel
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
sqrtPER LnPBV LnGROWTH SqrtROE LnHarga_Saham
N 91 95 93 93 96
Normal Parametersa,,b Mean 4.3624 .9588 4.8721 4.4011 7.7882
Std. Deviation 1.61961 .92846 1.59650 1.89114 1.40425
Most Extreme Differences Absolute .087 .097 .067 .076 .081
Positive .087 .048 .067 .076 .081
Negative -.072 -.097 -.055 -.055 -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .828 .945 .642 .734 .794
Asymp. Sig. (2-tailed) .500 .333 .805 .655 .555
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa data-data pada variabel setelah dilakukan transformasi diperoleh signifikansi pada Kolmogorov-Smirnov yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data-data variabel telah terdistribusi secara normal. Adapun transformasi data pada variabel PER dan ROE dilakukan dengan bentuk transformasi SQRT, sedangkan variabel-variabel lainnya dilakukan dengan bentuk transformasi Ln atau Logaritma Namun masing-masing data sudah tidak utuh lagi, artinya pada masing-masing variabel tidak seluruhnya terdiri dari 96 prediktor (data) karena pada saat dilakukan transformasi ada beberapa prediktor (data) yang harus dikeluarkan.
2. Multikolinieritas
Tabel
Nilai Tolerance dan VIF Masing-masing Variabel

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 sqrtPER .339 2.952
LnPBV .240 4.171
LnGROWTH .571 1.750
SqrtROE .210 4.769
a. Dependent Variable: LnHarga_Saham

3. Heteroskedastisitas
Tabel
Hasil Uji Glejser

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .228 .363 .629 .531
sqrtPER -.014 .044 -.053 -.313 .755
LnPBV -.158 .095 -.334 -1.674 .098
LnGROWTH -.099 .035 -.366 -1.835 .106
SqrtROE .156 .051 .660 1.094 .100
a. Dependent Variable: AbsHS
4. Autokorelasi
Tabel 4.6
Hasil Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.701
b. Dependent Variable: LnHarga_Saham
4.2.1 Uji Persamaan Regresi Berganda
Tabel 4.7
Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda Antara PER, PBV
Growth dan ROE terhadap Harga Saham
Variabel Coeffisien t hitung Sign Keterangan
Konstanta
SqrtPER
LnPBV
LnGrowth
SqrtROE 1,784
0,310
0,193
0,894
0,021
5,636
1,645
20,585
0,343
0,000
0,104
0,000
0,733
Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
F hitung
Signifikansi
R
R2
Adjusted R2 165,537
0,000
0,941
0,886
0,881
Signifikan




Y = 1,784 + 0,310 X1 + 0,193 X2 + 0,894 X3 + 0,021 X4
4.3 Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV), Tingkat Pertumbuhan (Growth) dan Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Harga Saham. Dengan demikian maka rasio-rasio fundamental yang digunakan dalam penelitian ternyata mempengaruhi penetapan harga saham. Akan tetapi, tidak semua variabel fundamental berpengaruh secara parsial terhadap harga saham, karena dalam hanya dua variabel yaitu Price Earning Ratio dan Growth yang berpengaruh secara parsial sedangkan dua variabel lainnya yaitu Price Book Value dan Return On Equity tidak memberikan pengaruh secara parsial terhadap harga saham.
Faktor fundamental melalui Price Earning Ratio (PER) ternyata memberikan pengaruh secara parsial terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan harapan semula, karena salah satu faktor yang digunakan oleh investor dalam membeli, menahan atau menjual saham tertentu adalah dengan melihat kondisi keuntungan berdasarkan nilai saham yang ada. Namun demikian secara umum saham-saham dengan PER yang rendah lebih menarik investor dibanding PER yang tinggi, karena nilai PER yang terlalu tinggi akan menimbulkan risiko seperti kemungkinan mengalami kerugian (capital loss) dimasa yang akan datang.
Sementara faktor fundamental melalui Price Book Value (PBV) tidak memberikan pengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Slamet Sudarmadi (2007) dimana hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara PBV dengan harga saham. Hal ini karena harga-harga saham JII pada periode tahun 2005 sampai 2007 mengalami ketidakpastian seperti terjadinya overvalued maupun undervalued sehingga menimbulkan keraguan di pihak investor. Selain itu, investor melihat adanya berbagai macam peristiwa yang berdampak pada kondisi eksternal suatu perusahaan, misalnya keadaan perekonomian yang tidak stabil pasca krisis sehingga perusahaan tidak lagi memiliki tolok ukur yang pasti dalam pengambilan keputusan. Tidak berpengaruhnya PBV terhadap harga saham memberikan suatu pengertian bahwa perusahaan – perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index mempunyai kemampuan baik didalam operasional perusahaan sehingga faktor-faktor fundamental yang semula dianggap tidak mampu memberikan pengaruh terhadap harga saham, ternyata hal tersebut tidak mengurangi kepercayaan investor terhadap perusahaan-perusahaan go public yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index.
Faktor fundamental yang diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan (growth) juga memberikan pengaruh terhadap harga saham. Hal ini karena pertumbuhan perusahaan berkaitan dengan deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang. Bagi perusahaan berisiko tinggi, kemungkinan perusahaan akan mengalami penurunan laba juga tinggi, sementara perusahaan pada umumnya enggan untuk menurunkan dividen karena hal tersebut dapat menjadi sinyal yang buruk (perusahaan terkesan membutuhkan dana).
Pada variabel Return On Equity (ROE) dalam penelitian ini ternyata faktor fundamental ini tidak mempengaruhi harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Slamet Sudarmadi (2007) dimana hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh posisif antara ROE dengan harga saham sehingga bertentangan dengan hasil penelitian. Seharusnya Return On Equity (ROE) yang ada dapat digunakan secara mutlak untuk mengestimasi variabilitas harga saham dan peningkatan ROE yang dihasilkan karena hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham. Secara sederhana perubahan harga saham mencerminkan perubahan minat investor terhadap saham tersebut. Jika permintaan terhadap suatu saham tinggi maka harga saham tersebut akan cenderung naik, demikian sebaliknya. ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan (laba) yang menjadi hak pemilik modal sendiri (saham) oleh karena itu adalah wajar jika investor akan tertarik terhadap suatu saham yang akan memberikan return atau keuntungan yang besar. Semakin besar ROE berarti semakin optimalnya penggunaan modal sendiri suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dan peningkatan laba berarti terjadinya pertumbuhan yang bersifat progresif. Secara empiris semakin besar laba maka semakin besar pula minat inverstor dalam mengivestasikan dananya untuk memiliki saham tersebut.

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan perhitungan dengan model regresi ternyata variabel faktor-faktor fundamental yang terdiri dari Price earning Ratio (X1), Price to Book Value (X2), Growth (X3) dan Return On Equity (X4) berpengaruh terhadap Harga Saham (Y) secara simultan, namun tidak semua variabel memberikan pengaruh secara parsial yaitu variabel Price to Book Value dan Return On Equity.
2. PER yang rendah lebih menarik investor dibanding PER yang tinggi, dan salah satu faktor yang digunakan dalam membeli, menahan atau menjual saham adalah dengan melihat kondisi keuntungan berdasarkan nilai saham yang ada.
3. Price Book Value (PBV) tidak memberikan pengaruh terhadap harga saham kemungkinan karena harga-harga saham mengalami ketidakpastian seperti terjadinya overvalued maupun undervalued yang menimbulkan keraguan di pihak investor.
4. Growth berpengaruh terhadap harga saham karena pertumbuhan perusahaan berkaitan dengan deviden yang akan dibayarkan. Bagi perusahaan berisiko tinggi, kemungkinan perusahaan akan mengalami penurunan laba, sementara perusahaan pada umumnya enggan untuk menurunkan dividen karena hal tersebut dapat menjadi sinyal yang buruk (perusahaan terkesan membutuhkan dana).
5. Return On Equity (ROE) tidak mempengaruhi harga saham. Seharusnya Return On Equity (ROE) yang ada dapat digunakan secara mutlak untuk mengestimasi variabilitas harga saham dan peningkatan nilai ROE yang dihasilkan menunjukkan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Bagi Investor
a. Pada penelitian ini ternyata hanya variabel PER dan Growth yang mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai faktor fundamental terutama PER, Growth terhadap harga saham, sehingga investor dan manajemen perusahaan dalam menilai saham dapat melihat variabel fundamental terutama PER dan Growth .Karena variabel tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman atau pertimbangan dalam memilih investasi saham.
b. Selain memperhatikan keadaan perusahaan, kondisi umum industri yang sejenis, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang, kondisi perdagangan efek, fluktuasi kurs, volume transaksi, lingkungan yaitu yang mencakup kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara hendaknya para investor juga memperhatikan EPS sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan transaksi pembelian saham.
5.2.2 Saran Bagi Penelitian selanjutnya
1. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah rasio keuangan lainnya sebagai variabel independen karena dimungkinkan rasio keuangan lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap harga saham. Selain itu dapat pula memasukkan faktor ekomomi makro, seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan lain-lain sebagai variabel independen yang berpengaruh terhadap harga saham.
2. Penelitian ini hanya mengambil jangka waktu 3 tahun yaitu tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dalam pengamatan sehingga data yang diambil tidak mencerminkan kondisi perusahaan dalam jangka panjang (5 tahun). Pada penelitian yang datang, disarankan untuk melakukan pengamatan dan evaluasi berkelanjutan pada periode lebih lama dan tahun-tahun terbaru sehingga keakuratan pengujian menghasilkan kesimpulan yang lebih baik.
3. Penelitian ini hanya menggunakan 32 perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index periode 2005-2007 saja, konsekuensinya hasil penelitian ini belum dapat dijadikan dasar generalisasi. Oleh karena itu, penelitian mendatang sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak dan membandingkan perusahaan Jakarta Islamic Index dengan perusahaan manufaktur.

Pengaruh PBV

Sudarmadi Slamet, 2007. “Pengaruh Price to Book Value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER), dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Program Studi Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci : PBV, DER, ROE dan Harga Saham


Abstraksi
Perusahaan Makanan dan Minuman merupakan salah satu industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan dari dipilihnya sektor usaha ini, karena industri makanan dan minuman merupakan usaha yang bergerak di sektor riil dan sangat 7,78 % dengan nilai signifikansi sebesar 0,010 sehingga DER berpengaruh terhadap harga saham. Dan ROE memberi sumbangan sebesar 0,27 % dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 sehingga ROE berpengaruh terhadap harga saham. dipengaruhi oleh kondisi ekonomi serta merupakan salah satu sektor yang berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian nasional. Dalam dunia pasar modal kinerja perusahaan dapat diinterprestasikan dengan naik turunnya saham.

Terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Salah satu analisis yang digunakan untuk memprediksi harga saham adalah dengan analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kondisi internal perusahaan. Dalam penelitian ini yang dimaksud kondisi internal perusahaan adalah kinerja keuangan perusahaan yang terdiri dari PBV, DER, dan ROE.


Perumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi yaitu, PBV turun tetapi diikuti dengan kenaikan harga saham, DER naik diikuti dengan kenaikan harga saham, dan ROE turun diikuti dengan kenaikan harga saham. Maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan (1) Adakah pengaruh PBV, DER, dan ROE terhadap harga saham baik secara simultan maupun parsial, (2) Seberapa besar pengaruh PBV, DER, dan ROE terhadap harga saham. Sampel penelitian ini diambil secara purposive sampling, yaitu 17 perusahaan makanan dan minuman yang go public di BEJ pada tahun 2003-2005. variabel independent dalam penelitian ini adalah PBV, DER, dan ROE, sedangkan variabel dependentnya adalah harga saham. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik.


Hasil penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PBV, DER, dan ROE mempengaruhi harga saham secara simultan, sedangkan secara parsial semua variabel mempengaruhi harga saham. Secara bersama-sama variabel bebas memberikan sumbangan terhadap variabel terikat sebesar 19,74 % sedangkan 80,26 % dipengaruhi faktor lain di luar model. Sedangkan sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial yaitu PBV memberi sumbangan sebesar 0,29 % dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 sehingga PBV berpengaruh terhadap harga saham. DER memberi sumbangan sebesar

Pembelian UIang

PENGARUH PROMOSI DAN ATRIBUT PRODUK SERTA CITRA MEREK
TERHADAP PEMBELIAN ULANG SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO
PADA DEALER MATARAM SAKTI SEMARANG

Oleh

JATI TIRTO P
Universitas Islam Sultan Agung Semarang

ABSTRAK


Pembelian ulang merupakan salah satu perilaku setelah pembelian yang sebelumnya didasari dengan kepuasan. Jika pelanggan merasa puas untuk selanjutnya dia akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. Ada 3 (tiga) sifat seseorang melakukan tindakan pembelian ulang, yaitu : citra merek, atribut produk, efektifitas iklan (promosi).
Permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh promosi, atribut produk dan citra merek terhadap minat pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang ?
Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh promosi, atribut produk dan citra merek terhadap minat pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang.
Populasi yang digunakan adalah seluruh konsumen yang melakukan pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Saksi Semarang. Adapun pertimbangan pemilihan sampel dalam penelitian ini konsumen yang melakukan pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang yaitu dengan cara accydental sampling Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis regresi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan (1) Untuk variabel promosi (X1) berpengaruh terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada dealer Mataram Sakti Semarang.yang dibuktikan dengan nilai t hitung = 2,637 > t tabel = 1,985. (2) Untuk variabel atribut produk (X2) berpengaruh terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada dealer Mataram Sakti Semarang.yang dibuktikan dengan nilai t hitung = 2,040 > t tabel = 1,985 (3) Untuk variabel citra merek (X3) berpengaruh terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada dealer Mataram Sakti Semarang.yang dibuktikan dengan nilai t hitung = 5,855 > t tabel = 1,985.


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. (Assauri, 1999: 154).
Dahulu memang hanya ada beberapa macam merek saja sepeda motor dari Jepang, namun sekarang banyak sekali jumlahnya sesuai dengan perkembangannya, sebagai contoh misalnya produk dari Jepang yang sudah banyak dikenal seperti Honda, Suzuki, Yamaha dan Kawasaki, yang sekarang banyak bermunculan produk-produk dari China dan Korea yang semakin menambah ketatnya persaingan seperti Jet Matic, Sanex, Jialing, Hokaido, Millenium, dan masih banyak lagi. Selain dari itu perusahaan yang bergerak dalam industri sepeda motor juga mulai mengeluarkan usahanya dengan memproduksi spare parts dan fasilitas servis atau bengkel khusus, sehingga di antara keduanya dapat saling mendukung dalam memberikan pelayanan terhadap konsumen. Salah satu bentuk pelayanan konsumen sepeda motor adalah pada dealer Yamaha yaitu Mataram Sakti Semarang.
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan itu (Engel, Blackwell and Miniard, 1994: 3). Jika perusahaan telah memperhatikan perilaku konsumen, maka langkah berikutnya dalam membuat kebijaksanaan dari strategi pemasaran yang berkaitan dengan produk. Sudah dapat dipastikan konsumen akan memilih produk yang berkualitas lebih baik di bandingkan dengan produk lain. Memang tidak mudah untuk memproduksi barang yang berkualitas baik pada saat bahan barunya lebih mahal. Akan tetapi setidaknya produsen tetap menjaga dan mempertahankan kualitas produk yang pernah atau akan di luncurkan kepasaran. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan sangat tergantung pada reaksi individu dan dari reaksi kelompok yang di nyatakan dalam bentuk pola pembelian, termasuk dalam hal pembelian ulang. Adanya keinginan seseorang untuk melakukan pembelian ulang produk Yamaha menunjukkan bahwa ketertarikan tersebut lebih disebabkan karena adanya berbagai macam keunggulan atau jika konsumen puas, konsumen akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk Yamaha tersebut. Dengan meningkatnya sejumlah orang yang melakukan pembelian dengan berbagai tujuan dan kepentingan yang berbeda, keinginan pembelian ulang konsumen pun semakin meningkat, sehingga apabila pelayanan baik maka konsumen akan merasa puas. (Kotler, 1997 : 176)
Dalam penelitian ini yang membahas/mengkaji pembelian ulang hanya mengambil 3 variabel saja, yaitu variabel promosi, citra merk dan atribut produk. Pada variabel promosi berdasarkan penelitian Adiwijaya dan Djati yang berjudul “Analisa Strategi Penempatan Citra, Komunikasi dan Promosi Sebagai Bagian Dalam Pembelian Ulang” menyatakan bahwa promosi adalah suatu persuasi / pendekatan yang dibuat untuk menggerakkan seseorang/ organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dalam menciptakan pertukaran pemasaran antara lain dengan pembelian ulang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh promosi terhadap minat pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang ?
2. Bagaimana pengaruh atribut produk terhadap minat pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang ?
3. Bagaimana pengaruh citra merek terhadap minat pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang?


LANDASAN TEORI
Pembelian Ulang
Pembelian ulang merupakan salah satu perilaku setelah pembelian yang sebelumnya didasari dengan kepuasan. Jika pelanggan merasa puas untuk selanjutnya dia akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. (Kotler, 1997: 176)
Menurut Swastha (1997 : 131) menyatakan bahwa pembelian ulang merupakan suatu sikap perilaku konsumen yang hanya membeli sebuah produk/jasa secara berulang-ulang tanpa menyertakan aspek kesukaan di dalamnya, sehingga tercipta loyalitas konsumen yang merupakan suatu komitmen terhadap suatu merk atau produk tertentu, toko, pemasok atau perusahaan berdasarkan sikap positif yang tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.
Pembelian ulang menurut Swasta dan Irawan (2003: 340), dipengaruhi oleh sikap orang lain, iklan (promosi), harga dan manfaat yang diharapkan. Sedangkan menurut Rismiati dan Suratno (2001: 198) ada 3 (tiga) sifat seseorang melakukan tindakan pembelian ulang, yaitu : citra merek, atribut produk, efektifitas iklan.

Promosi
Promosi merupakan salah satu variabel dalam pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya. Promosi adalah arus informasi atau persuasi yang dibuat untuk menggerakkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran (Nikels dalam bukunya Swasta dan Irawan, 2003: 349). Promosi adalah semua jenis kegiatan yang ditunjukkan untuk mendorong permintaan (Bell dalam Swasta dan Irawan, 2003: 349).
Kedua definisi tersebut pada dasarnya sama meskipun penekanannya berbeda. Definisi tersebut pertama lebih menitik beratkan pada penciptaan pertukaran, sedangkan definisi kedua lebih menekankan pada pendorongan permintaan. Pertukaran yang akan terjadi karena adanya permintaan dan penawaran dari segi yang berlainan. Jadi promosi merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen pemasaran dan sering dikatakan sebagai suatu proses berlanjut. Ini disebabkan karena promosi dapat menimbulkan serangkaian kegiatan selanjutnya dalam pemasaran.
Atribut Produk
Menurut Kotler (1997:9) produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan kedalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan untuk kebutuhan termasuk didalamnya adalah objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan. Sedangkan Stanton dalam Swasta dan Irawan (2003:222) mengatakan bahwa sebuah produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) yang di dalamnya sudah tercakup harga, warna kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya. Dari beberapa pendapat para ahli mengenai arti produk tersebut dapat disimpulkan bahwa produk adalah hasil kegiatan produk yang berujud barang dan dapat diterima sebagai sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Atribut produk menurut Rismiati dan Suratno (2001: 204) merupakan sesuatu yang melekat pada produk yang berwujud seperti mutu, ciri-ciri dan model. Semua atribut produk terbentuk dalam proses realisasi produk yang akhirnya dibuat prototipe produk. Perusahaan setelah memperkenalkan atribut produk di pasaran, maka akan menyempurnakan atribut produk agar bertahan dalam menghadapi tantangan dalam siklus kehidupan produk.
Citra merek
Citra disebut juga dengan image (Brown and Dacin, 1997) dalam Suhartanto dan Nuralia (2001: 28). Citra merupakan gambaran secara umum atau persepsi yang dimiliki oleh masyarakat umum tentang suatu perusahaan, unit atau produk. Kotler (1997: 59) menyatakan citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Berbeda dengan identitas karena identitas merupakan berbagai cara yang diarahkan perusahaan untuk mengidentifikasikan dirinya atau memposisikan produknya. Namun demikian perusahaan perlu merancang suatu identitas atau penetapan posisi (positioning) untuk membentuk citra masyarakat, akan tetapi faktor-faktor lain mungkin mempengaruhi citra yang diterima tiap individu.
Kerangka Pemikiran





Hipotesis
1. Ada pengaruh promosi terhadap pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang.
2. Ada pengaruh atribut produk terhadap pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang.
3. Ada pengaruh citra merek terhadap pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research). Populasinya adalah seluruh konsumen yang melakukan pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Saksi Semarang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebesar 100 orang. Setelah menetapkan jumlah sampel yang akan diteliti, selanjutnya sampel diambil secara terbatas terhadap konsumen yang melakukan pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada dealer Mataram Sakti Semarang yaitu dengan cara accydental sampling
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian didapat dari dua sumber, yaitu : data primer dan data sekunder. Sedangkan Alat analisis ini untuk mengetahui hubungan variabel bebas (promosi, atribut produk dan citra merek) terhadap variabel terikat (pembelian ulang). Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + β1X1 + β 2 X2 + β 3 X3 + e
Dimana :
Y = variabel terikat (pembelian ulang)
a = konstanta
β = koefisien regresi
X1 = promosi
X2 = atribut produk
X3 = citra merek
e = variabel pengganggu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Uji Kualitas data
Tabel
HASIL VALIDITAS VARIABEL
Indikator Nilai r Sign Keterangan
Promosi
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
Atribut Produk
X2.1
X2.2
X2.3
Citra Merek
X3.1
X3.2
X3.3
Pembelian Ulang
Y1.1
Y1.2
Y1.3
0,616
0,729
0,698
0,665

0,611
0,763
0,861

0,657
0,810
0,742

0,814
0,760
0,662
0,000
0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid

Valid
Valid
Valid

Valid
Valid
Valid

Valid
Valid
Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan terhadap semua variabel (promosi, atribut produk, citra merek dan pembelian ulang ) ternyata ke-3 variabel dengan indikator-indikatornya tersebut diperoleh nilai signifikansi yang jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga keseluruhan variabel dinyatakan valid dan dapat dilanjutkan pada proses penghitungan selanjutnya.

Tabel 4.18
HASIL RELIABILITAS VARIABEL
Indikator Cronbach’s Alpha Batas α Keterangan
Promosi (X.1)
Atribut Produk (X.2)
Citra Merek (X.3)
Pembelian ulang (Y) 0,604
0,645
0,613
0,604 0,600
0,600
0,600
0,600 Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai R Alpha Coanbach masing-masing variabel lebih besar dari 0,6 sehingga keseluruhan variabel dapat dinyatakan reliabel.
Hasil perhitungan regresi linier berganda antara promosi, atribut produk dan citra merek terhadap pembelian ulang diperoleh hasil-hasil sebagai berikut :
Tabel
HASIL PERHITUNGAN REGRESI LINIER BERGANDA
ANTARA PROMOSI, ATRIBUT PRODUK DAN CITRA MEREK
TERHADAP PEMBELIAN ULANG













Y = 1,297 + 0,139 X1 + 0,181 X2+ 0,552 X3
Pada perhitungan estimasi regresi ini, digunakan koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2) bukan R2. Adapun nilai koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2) yang diperoleh adalah 0,729 artinya 72,9 % variasi dari semua variabel bebas (promosi, atribut produk dan citra merek) dapat menerangkan variabel tidak bebas (pembelian ulang ), sedangkan sisanya sebesar 27,1 % diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian.

Pengujian Hipotesis
a. Pengaruh Antara Promosi (X1) terhadap Pembelian ulang (Y)
Dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung sebesar 2,637 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,010. Apabila dilihat pada t tabel dengan  = 5 % didapat t tabel sebesar n–k = 100–3 = 97 = 1,985. Ini berarti bahwa t hitung = 2,637 > dari t tabel = 1,985 yang artinya bahwa ada pengaruh antara variabel promosi terhadap pembelian ulang. Perhitungan uji t X1 bisa menggunakan uji signifikan dengan program SPSS ternyata untuk nilai X1 nilai signifikan 0,01 < 0,05. Dengan demikian X1 berpengaruh terhadap Y.
b. Pengaruh Antara Atribut Produk (X2) terhadap Pembelian ulang (Y)
Dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung sebesar 2,040 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,044. Apabila dilihat pada t tabel dengan  = 5 % didapat t tabel sebesar n-k = 100–3 = 97 = 1,985. Ini berarti bahwa t hitung = 2,040 > dari t tabel = 1,985 yang artinya ada pengaruh antara variabel atribut produk terhadap pembelian ulang. Perhitungan uji t X2 bisa menggunakan uji signifikan dengan program SPSS ternyata untuk nilai X2 nilai signifikan 0,04 < 0,05. Dengan demikian X2 berpengaruh terhadap Y
c. Pengaruh Antara Citra Merek (X3) terhadap Pembelian ulang (Y)
Dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung sebesar 5,855 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Apabila dilihat pada t tabel dengan  = 5 % didapat t tabel sebesar n–k = 100–3 = 97 = 1,985. Ini berarti bahwa t hitung = 5,855 > dari t tabel = 1,985 yang artinya bahwa ada pengaruh antara variabel citra merek terhadap pembelian ulang. Perhitungan uji t X3 bisa menggunakan uji signifikan dengan program SPSS ternyata untuk nilai X3 nilai signifikan 0,00 < 0,05. Dengan demikian X3 berpengaruh terhadap Y
Uji F (F-test) dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel independen yaitu promosi (X1), atribut produk (X2) dan citra merek (X3) secara simultan (bersama-sama) terhadap pembelian ulang (Y). Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 89,870 dengan probabilitas = 0,000 yang jauh lebih kecil dari  = 0,05. Apabila dilihat pada t tabel dengan  = 5 % didapat F tabel sebesar (k; n-k-1) = 3; 100–3–1 = 3; 96 = 2,70. Ini berarti bahwa F hitung = 89,870 lebih besar dari F tabel = 2,70 yang artinya bahwa variabel atribut produk (X1), citra merek (X2) dan promosi (X3) secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif terhadap pembelian ulang.
Pembahasan
Pembelian ulang merupakan salah satu perilaku setelah pembelian yang sebelumnya didasari dengan kepuasan. Jika pelanggan merasa puas untuk selanjutnya dia akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. (Kotler, 1997: 176). Sedangkan menurut Swasta dan Irawan (2003: 340), dipengaruhi oleh sikap orang lain, iklan (promosi), harga dan manfaat yang diharapkan. Menurut pendapat Rismiati dan Suratno (2001: 198) ada 3 (tiga) sifat seseorang melakukan tindakan pembelian ulang, yaitu : citra merek, atribut produk dan efektifitas iklan.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) yang menyatakan bahwa pembelian ulang dipengaruhi oleh faktor citra merek. Sedangkan menurut Adiwijaya dan Jati (2008) menyatakan bahwa penempatan citra merek, komunikasi dan promosi sebagai bagian dalam pembelian ulang.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara promosi terhadap pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio di Dealer Mataram Sakti. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan nilai positif (koefisien regresi X1 = 0,139) dan signifikan (0,010) sehingga agar keputusan konsumen dalam pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Promosi merupakan salah satu kegiatan perusahaan dalam memperkenalkan produk-produk sepeda motor Yamaha Mio yang ditawarkan oleh Yamaha Mataram Sakti Motor Semarang telah dilakukan melalui periklanan, promosi penjualan, publisitas dan personal selling.
Kegiatan periklanan pada Yamaha Mataram Sakti Motor Semarang selama ini dilakukan melalui penyebaran brosur dan pemasangan spanduk yang lebih intensif karena produk sepeda motor Yamaha Mio tidak hanya ditawarkan oleh Yamaha Mataram Sakti Motor Semarang saja, akan tetapi juga ditawarkan oleh dealer-dealer yang lain. Melalui penyebaran brosur dan pemasangan spanduk, konsumen menjadi lebih tertarik dan berminat untuk melakukan pembelian ulang karena didalam brosur dijelaskan mengenai harga tunai maupun harga kredit. Sementara melalui pemasangan spanduk akan semakin mempermudah pengenalan konsumen akan keberadaan perusahaan.
Selain itu kegiatan periklanan pada Yamaha Mataram Sakti Semarang juga dilakukan melalui promosi penjualan yaitu pemberian hadiah pada produk-produk tertentu dalam masa-masa tertentu pula, misalnya pada saat hari kemerdekaan, hari raya Idul Fitri maupun tahun baru dengan memberikan potongan uang muka atau beberapa produk (missal : magic jar, setrika dan lain-lain).
Kegiatan promosi melalui publisitas dilakukan melalui pendekatan yang lebih persuasif kepada konsumen sehingga konsumen mampu menciptakan image dan kesan positif dan akhirnya bersedia menginformasikan kepuasannya dalam melakukan pembelian ulang pada dealer Yamaha Mataram Sakti Semarang kepada orang lain yang dikenal.
Sementara kegiatan personal selling dilakukan melalui peningkatan jumlah sales penjualan melalui penawaran pembelian kolektif, artinya sales penjualan disamping memperluas area wilayah penjualan juga memberikan penawaran harga kolektif sehingga lebih menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Swastha dan Irawan (2003) yang menyatakan bahwa promosi adalah semua jenis kegiatan yang ditunjukkan untuk mendorong permintaan sehingga promosi merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen pemasaran dan sering dikatakan sebagai suatu proses berlanjut yang menimbulkan konsumen melakukan pembelian ulang.
Penelitian yang menyatakan bahwa promosi mempengaruhi pembelian ulang juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eunike (2007: 47), yang menyatakan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel marketing mix berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang, yang salah satunya menyatakan bahwa promosi mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara atribut produk terhadap pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan nilai positif (koefisien regresi X1 = 0,181) dan signifikan (0,044) sehingga agar keputusan konsumen dalam pembelian sepeda motor Yamaha Mio selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu hendaknya sepeda motor Yamaha Mio tersebut terus terus diperhatikan atribut-atributnya sehingga memenuhi apa yang diinginkan konsumen.
Atribut produk yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio pada Yamaha Mataram Sakti Semarang adalah mutu produk. Perusahaan berupaya agar produk sepeda motor Yamaha Mio benar-benar sesuai dengan apa yang ditawarkan, artinya pihak perusahaan semaksimal mungkin berusaha agar dapat menghindari terjadinya produk-produk yang tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut dapat terpenuhi karena pihak Yamaha Mataram Sakti Semarang telah memilih tenaga-tenaga mekanik yang handal sehingga kesalahan-kesalahan pada saat check final sepeda motor Yamaha Mio akan dikirim ke konsumen benar-benar dalam kondisi baik.
Mengenai ciri produk Yamaha Mataram Sakti Semarang telah berupaya memenuhi keinginan konsumen melalui model dan warna-warna yang tersedia dalam berbagai pilihan sehingga konsumen yang menginginkan produk Yamaha Mio terpenuhi sesuai dengan keinginan dan pilihannya.
Untuk meningkatkan gaya konsumen dalam menggunakan Yamaha Mataram Sakti Semarang, selain menjual sepeda motor Yamaha Mio dalam berbagai pilihan, pihak dealer juga menyediakan berbagai macam aksesoris sehingga konsumen yang ingin tampil beda dan lebih bergaya.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rismiati dan Suratno (2001: 204) yang menyatakan bahwa atribut produk merupakan sesuatu yang melekat pada produk yang berwujud seperti mutu, ciri-ciri dan model. Semua atribut produk terbentuk dalam proses realisasi produk yang akhirnya dibuat prototipe produk sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang.
Penelitian yang menyatakan bahwa atribut produk mempengaruhi pembelian ulang ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2007), yang menyatakan bahwa atribut produk mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian ulang membeli kebab di Kebab Turki Baba Rafi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh citra merek terhadap keputusan konsumen dalam pembelian sepeda motor Yamaha Mio di Dealer Mataram Sakti . Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan nilai positif (koefisien regresi X2 = 0,552) dan signifikan (0,000) sehingga agar keputusan konsumen dalam pembelian ulang sepeda motor Yamaha Mio. Agar penjualan selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu hendaknya sepeda motor Yamaha Mio tersebut terus diperhatikan sehingga konsumen akan selalu merasa bangga dalam menggunakan dan memiliki nilai purna jual yang tinggi bila sewaktu-waktu kendaraan tersebut harus dijual.
Kualitas produk merek merupakan indikator yang dipertimbangkan dalam citra merek. Dalam hal ini kualitas produk merek Yamaha Mio benar-benar dijaga oleh Yamaha Mataram Sakti Semarang yaitu dengan tidak menggunakan onderdil-onderdil palsu apabila terdapat onderdil yang rusak pada sepeda motor. Hal ini selain untuk menjaga image positif terhadap produk sepeda motor Yamaha Mio, juga untuk menimbulkan kesan positif akan keberadaan Yamaha Mataram Sakti Semarang yang benar-benar memperhatikan kualitas produk.
Identitas merek juga menjadi indikator yang dipertimbangkan dalam citra merek. Yamaha Mio merupakan salah satu produk yang mewakili keberadaan perusahaan sehingga dalam rangka mempertahankan citra yang positif akan merek Yamaha, Yamaha Mataram Sakti Semarang juga berperan serta dalam menjaga identitas merek melalui pelayanan yang baik mulai proses pembelian hingga pasca pembelian.
Berkaitan dengan citra merek, persepsi masyarakat juga menjadi salah satu indikator yang dipertimbangkan. Hal ini karena produk Yamaha terutama Yamaha Mio telah mampu memenuhi harapan konsumen, yaitu sepeda motor yang mudah dikendarai, nyaman dan praktis dalam mengendarai. Melalui Yamaha Mio diharapkan masyarakat memiliki persepsi yang baik terhadap semua merek Yamaha.
Penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kotler (1997: 59) yang menyatakan citra produk adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya yang dapat menimbulkan keputusan pembelian ulang.
Penelitian yang menyatakan bahwa citra merek mempengaruhi pembelian ulang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochmawati (2006), yang menyatakan bahwa citra merek mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian ulang pada produk Aqua.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh promosi (X1), hal ini sejalan dengan pendapat Eunike (2007: 47), atribut produk (X2) hal ini sejalan dengan pendapat Puspita (2007) dan citra merek (X3) hal ini sejalan dengan pendapat Rochmawati (2006) baik secara parsial maupun secara simultan terhadap pembelian ulang (Y).
Pembelian ulang yang dilakukan oleh konsumen antara lain mempertimbangkan indikator rekomendasi keluarga, sikap dan kepercayaan serta pengalaman. Rekomendasi keluarga menjadi pertimbangan karena bagaimanapun pembelian sebuah sepeda motor tentu akan digunakan oleh seluruh anggota keluarga, meskipun penggunaannya dilakukan secara bergantian. Selain itu ada kemungkinan dalam pembelian ulang, dana yang digunakan untuk membeli sepeda motor Yamaha Mio berasal dari beberapa anggota keluarga. Sementara sikap dan kepercayaan tercipta karena selama ini kegiatan promosi yang dilakukan baik oleh produsen Yamaha Mio melalui iklan di televisi maupun kegiatan promosi melalui penyebaran brosur telah gencar dilakukan. Hal ini apabila dilakukan secara terus menerus akan menumbuhkan sikap dan kepercayaan masyarakat dalam keputusannya untuk melakukan pembelian ulang. Sementara pengalaman menjadi salah satu indikator yang dipertimbangkan karena konsumen sebelumnya pernah melakuan pembelian, dan pembelian ulang yang terjadi karena kepuasan konsumen atas pengalaman sebelumnya. Pengalaman yang terpuaskan pada pembelian lalu telah menimbulkan minat pembelian ulang di masa datang.

P E N U T U P
Kesimpulan
1. Variabel promosi (X1) berpengaruh terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada dealer Mataram Sakti Semarang.
2. Variabel atribut produk (X2) berpengaruh terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada dealer Mataram Sakti Semarang.
3 . Variabel citra merek (X3) berpengaruh terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada dealer Mataram Sakti Semarang.

Saran
1. Beberapa hasil jawaban responden mengenai promosi terutama pada indikator iklan yang menarik ternyata banyak responden yang menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan promosi melalui periklanan masih kurang maksimal. Untuk itu sebaiknya produsen Yamaha lebih meningkatkan pengenalannya mengenai keberadaan produk Yamaha Mio sehingga konsumen benar-benar mengenal dan mengetahui keberadaan konsumen dimanapun berada. Sementara bagi pihak Mataram Sakti Motor Semarang hendaknya lebih memperbanyak penyebaran brosur dan pemasangan spanduk, terutama ditempat-tempat strategis dan melakukan kegiatan promosi ditempat-tempat keramaian, misalnya : di Simpang Lima pada hari minggu pagi.
2. Untuk variabel-variabel lain yaitu atribut produk dan citra merek hendaknya dapat terus dipertahankan karena merek Yamaha merupakan salah satu merek sepeda motor yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Sementara produk Yamaha Mio yang telah diproduksi sejak tahun 2004 dan menjadi pelopor sepeda motor matic hendaknya dapat terus dipertahankan dan mampu menjadi generasi motor matic terbaik selamanya.

Orientasi Pasar

PENGARUH ORIENTASI PASAR DAN ORIENTASI TEKNOLOGI TERHADAP INOVASI PRODUK DAN KINERJA PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAAN KERAJINAN MONEL DI JEPARA
(Studi Kasus di Desa Kriyan Jepara)

Oleh
Dwi Wulan Sari

Abstrac

Derajat orientasi pasar dan kultur inovasi berpengaruh terhadap kinerja pemasaran, demikian pula inovasi teknis juga berpengaruh terhadap kinerja pemasaran. Orientasi pasar juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, dan inovasi berkelanjutan juga memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan walaupun orientasi teknologi tidak berpengaruh terhadap kinerja pemasaran. Sedangkan orientasi pasar, orientasi teknologi dan inovasi berkelanjutan mampu menjadi anteseden dalam membangun kinerja perusahaan sehingga semakin tinggi tingkat orientasi pasar dan teknologi dikembangkan oleh perusahaan mengakibatkan inovasi berkelanjutan lebih inovatif dan kinerja perusahaan menjadi semakin baik.
Permasalahan penelitian ini adalah : Apakah orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk ? Apakah orientasi teknologi berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk ? Apakah orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan ? Apakah orientasi teknologi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan ? Apakah inovasi produk berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan ?
Tujuan penelitian ini adalah : Untuk menganalisis pengaruh orientasi pasar terhadap inovasi produk. Untuk menganalisis pengaruh orientasi teknologi terhadap inovasi produk. Untuk menganalisis pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan. Untuk menganalisis pengaruh orientasi teknologi terhadap kinerja perusahaan. Untuk menganalisis pengaruh inovasi produk terhadap kinerja perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan kerajinan monel yang berlokasi di Jepara dan beroperasi sampai penelitian ini dilakukan. Karena jumlah anggota populasi relatif sedikit (kurang dari 50 perusahaan) sehingga sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode sensus Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan : Orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk., hal ini ditunjukkan pada nilai t hitung = 2,701 > nilai t tabel = 2,028 atau signifikansi 0,001 < 0,05. Orientasi teknologi berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk, hal ini ditunjukkan pada nilai t hitung = 6,069 > nilai t tabel = 2,028 atau signifikansi 0,000 < 0,05. Orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung = 2,197 > nilai t tabel = 2,030 atau signifikansi 0,035 < 0,05. Orientasi teknologi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, hal ini ditunjukkan pada nilai t hitung = 2,102 > nilai t tabel = 2,030 atau signifikansi 0,043 < 0,05...Inovasi produk berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, hal ini ditunjukkan pada nilai t hitung = 3,746 > nilai t tabel = 2,030 atau signifikansi 0,001 < 0,05.

Kata kunci : orientasi pasar, orientasi teknologi, inovasi produk dan kinerja perusahaan.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini ditandai dengan makin tajamnya persaingan. Oleh karena itu peranan pemasaran semakin penting dan merupakan ujung tombak setiap perusahaan. Keberhasilan usaha untuk perusahaan ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya karena pemasaran merupakan kunci keberhasilan usaha perusahaan.
Setiap produsen selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkan dapat mencapai tujuan perusahaan. Melalui produk yang dapat dijualnya, perusahaan dapat menjamin kehidupannya atau menjaga kestabilan usahanya dan berkembang. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh ketepatan produk yang dihasilkannya dalam memberikan kepuasan dari sasaran konsumen.
Orientasi pasar merupakan budaya organisasi yang efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan “superior value” bagi pembeli dan “superior performance” bagi perusahaan. Oleh karena itu dimensi utama dari orientasi pasar adalah customer orientation (orientasi pelanggan) dan competitor orientation (orientasi pesaing). Kemampuan menerapkan kedua orientasi ini, apalagi bila digabung dengan orientasi ketiga sebagaimana dinyatakan Slater dan Narver (dalam Wahyono, 2002: 23) yaitu koordinasi antar fungsi dalam perusahaan akan meningkatkan daya tahan perusahaan terhadap pesaing sekaligus meningkatkan kepuasan kepada pelanggan.
Kinerja suatu perusahaan sesungguhnya tercermin pada hasil kinerja dari berbagai manajemen fungsional yang saling berinteraksi satu sama lain secara proporsional, dan masing-masing mampu menjalankan fungsinya secara baik pula. Kinerja sebuah perusahaan menjadi baik, jika fungsi yang mendukung beroperasinya suatu organisasi juga berjalan secara baik pula. Fungsi organisasi yang berjalan baik, implementasi berbagai strategi pemasaran, strategi teknologi, strategi operasional yang selaras dengan tujuan, merupakan komponen yang sangat besar kontribusinya dalam membangun kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Implementasi strategi dalam bentuk orientasi pasar, orientasi teknologi dan inovasi produk memberi kontribusi terhadap pencapaian kinerja perusahaan yang lebih baik.
Banyak studi dalam manajemen pemasaran yang menunjukkan bahwa budaya orientasi pasar seharusnya didesain bersamaan dengan straregi inovasi. Kultur yang berorientasi pasar dan pembelajaran, seharusnya diikuti oleh faktor-faktor yang lain yaitu meningkatkan penciptaan gagasan baru dan inovasi sebagai bagian kultur perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa inovasi merupakan fungsi penting dari manajemen karena memiliki hubungan dengan kinerja bisnis. Selain itu inovasi juga berfungsi sebagai alat untuk menjalin kelangsungan hidup, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan menghadapi persaingan.
Slater dan Narver (1994b) menyimpulkan bahwa perusahaan yang berhasil mengembangkan inovasi akan mampu mendorong pasar dan meningkatkan kinerja perusahaan, sementara Hurley & Hult (1998) menyimpulkan bahwa perusahaan dengan kemampuan berinovasi tinggi akan lebih berhasil dalam merespon lingkungan dan mengembangkan kemampuan baru yang menyebabkan keunggulan kompetitif dan kinerja yang superior (Wahyono, 2002: 24).

ORIENTASI PASAR
Orientasi pasar merupakan sebuah filosofi bisnis dan proses perilaku pengelolaan bisnis. Dipandang sebagai sebuah filosofi, sebab orientasi pasar merupakan pola dari nilai-nilai dan kepercayaan yang membantu individu untuk memahami fungsi organisasi berdasarkan norma-norma tertentu. Oleh karena filosofi bisnis lebih menunjuk pada serangkaian tata nilai dan kepercayaan, sikap dan budaya perusahaan maka untuk memberikan kontribusi pada tataran operasional berupa serangkaian aktivitas-aktivitas pengelolan bisnis, orientasi pasar juga dipahami sebagai perilaku atau aktivitas-aktivitas.
Pandangan serupa dikemukakan oleh Day (1994) bahwa orientasi pasar mencerminkan kompetensi dalam memahami pelanggan, karena itu mempunyai peluang memberi kepuasan pada pelanggan sama halnya dengan kemampuannya dalam mengenali gerak gerik pesaingnya. Perusahaan yang berhasil dalam mengendalikan pasar disebut sebagai “market drive firm” yaitu perusahaan yang selalu menempatkan orientasi pelanggan dan orientasi pesaing secara harmonis sehingga menghasilkan kinerja pemasaran yang lebih baik. Oleh karena itu, dimensi utama dalam orientasi pasar adalah orientasi pelanggan dan orientasi pesaing.
Orientasi pelanggan merupakan pemahaman yang cukup terhadap para pembeli sasaran agar mampu menciptakan nilai yang lebih superior bagi mereka secara kontinyu dan menciptakan penampilan yang lebih superior bagi perusahaan. Dengan demikian orientasi pelanggan mengharuskan seorang penjual agar memahami mata rantai nilai keseluruhan seorang pembeli. Melalui orientasi pelanggan, perusahaan memiliki peluang untuk membentuk persepsi pelanggan atas nilai-nilai yang dibangunnya dan nilai-nilai yang dirasakan itu dan pada gilirannya akan menghasilkan kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Orientasi pesaing berarti pemahaman yang dimiliki penjual dalam memahami kekuatan-kekuatan jangka pendek, kelemahan-kelemahan, kapabilitas-kapabilitas dan strategi-strategi jangka panjang baik dari pesaing utamanya saat ini maupun pesaing-pesaing potensial utama. Oleh karena itu tenaga penjualan harus berupaya untuk mengumpulkan informasi mengenai pesaing dan membagi informasi itu pada fungsi-fungsi lain dalam perusahaan dan mendiskusikan dengan pimpinan perusahaan bagaimana kekuatan pesaing dan strategi yang mereka kembangkan.
Keberhasilan perusahaan yang berorientasi pasar sangat ditentukan oleh kemampuannya melakukan koordinasi pemasaran, aktivitas antar fungsi-fungsi dalam organisasi, respon yang cepat terhadap perubahan lingkungan persaingan dan mengantisipasi setiap perubahan strateginya. Orientasi pasar menjadi sumber inspirasi perusahaan dalam melakukan cara-cara inovatif serta menjadi sumber keunggulan bersaing dalam meningkatkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik.

ORIENTASI TEKNOLOGI
Cohen dan Levinthal (1990) dan Wuyts et.al (2004) dalam Wahyudiono (2007: 27) mendefinisikan orientasi teknologi sebagai masuknya berbagai pengetahuan yang akan memberi pengaruh terhadap aktivitas inovasi, dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat baru. Sementara Marinova (2004) mendefinisikan orientasi teknologi sebagai dorongan yang dapat memperluas perspektif dan produk tiruan, mendorong lahirnya inovasi, memungkinkan lahirnya produk-produk baru yang inovatif.
Perubahan teknologi yang cepat menjadi momentum bagi perusahaan untuk mengkaji segmen teknologi yang cepat dan menyeluruh. Langkah konkret dalam merespon teknologi ditunjukkan oleh perusahaan dengan komitmen terhadap peran riset dan pengembangan, mengadopsi teknologi baru yang lebih awal, penggunaan teknologi proses produksi yang sesuai dengan kebutuhan pasar, menghasilkan produk yang penuh inovasi dan memberi nilai yang terbaik bagi konsumen sehingga diperoleh pangsa pasar yang lebih tinggi dan perolehan laba yang lebih baik.

INOVASI PRODUK
Secara konvensional istilah inovasi diartikan sebagai terobosan yang terkait dengan produk-produk baru. Thompson dalam Hurley & Hult (1998) yang dikutip oleh Wahyono (2002: 28) menyatakan inovasi adalah konsep yang lebih luas yang membahas penerapan gagasan, produk atau proses yang baru. Sedangkan Hurley & Hult (1998) mendefinisikan inovasi sebagai sebuah mekanisme perusahaan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis. Adapun inovasi produk adalah tingkat perubahan yang dilakukan melalui implementasi gagasan baru, proses produk atau sesuatu yang bersifat baru, selaras dengan orientasi pasar dan orientasi teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan pengrajin, yang meliputi : variasi bentuk, desain warna dan kualitas.
Inovasi produk dalam suatu perusahaan merupakan kebutuhan mendasar yang pada gilirannya akan mampu menciptakan keunggulan kompetitif. Dengan demikian inovasi merupakan sebuah fungsi penting dari manajemen karena inovasi akan menentukan suatu kinerja bisnis yang superior. Inovasi menjadi semakin bertambah penting sebagai satu alat untuk kelangsungan hidup, bukan hanya pertumbuhan tetapi juga dalam persaingan yang semakin hebat dan ketidakpastian lingkungan.
Inovasi produk membawa konsekuensi untuk menerima perubahan atas gagasan, proses atau pemanfaatan teknologi yang dapat membawa perubahan output yang diterima sebagai sesuatu yang bersifat baru dan unik. Oleh karena itu inovasi produk harus didasarkan pada orientasi pasar dan orientasi teknologi selaras dengan strategi pemasaran dan strategi teknologi proses produksi yang dikembangkan oleh perusahaan. Inovasi merupakan suatu proses yang dimulai dari tahapan pasar yang bertumpu pada evaluasi terhadap kebutuhan pelanggan, penciptaan ide-ide, pengembangan proses atau pengenalan produk baru.
KINERJA PERUSAHAAN
Kinerja perusahaan merupakan konstruk (faktor) yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah strategi perusahaan. Strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja baik berupa kinerja pemasaran maupun kinerja keuangan (Ferdinand, 2000b).
Kinerja pemasaran merupakan konsep untuk mengukur prestasi pasar suatu produk. Setiap perusahaan berkepentingan untuk mengetahui prestasi pasar dari produk-produknya, sebagai cermin dari keberhasilan usahanya di dunia persaingan bisnis. Sumberdaya dan kapabilitas merupakan sumber utama perusahaan guna meraih profitabilitas. Mengacu pada konsepsi manajemen fungsional, sangatlah beralasan untuk menyatakan bahwa kinerja perusahaan sesungguhnya tercermin pada kerja dari berbagai manajemen fungsional yang berjalan dengan baik. Kinerja perusahaan dapat dilanggengkan dengan cara mendayagunakan berbagai asset strategik yang berciri khas perusahaan dan memiliki kemampuan untuk menghambat pesaingnya (Amit dan Schoemaker, 1993). Keberhasilan perusahaan dalam menyediakan produk berkualitas tinggi (superior product) dan berhasil dalam pasar (superior market) merupakan ukuran kinerja perusahaan yang menerapkan strategi yang berorientasi pada pasar (market orientation) dan strategi yang berorientasi pada teknologi (technology orientation). Pengukuran kinerja yang didasarkan pada keberhasilan dalam pasar dan produk disebut juga sebagai firm performance and product performance.
Zhou et.al (2005) mendefinisikan kinerja perusahaan sebagai hasil dari keseluruhan aktivitas dalam organisasi yang dinyatakan dalam firm performance and product performance. Sedangkan Im dan Workman (2004) mendefinisikan kinerja sebagai hasil akhir dari suatu proses yang menggunakan sumber daya dan kapabilitas yang sesuai, yang dinyatakan dalam bentuk kinerja pemasaran, kinerja keuangan dan kinerja kualitatif. Definisi ini menunjukkan bahwa kinerja merupakan hasil dari suatu proses yang menggunakan sumber daya dan kemampuan dalam menggunakan sumber daya tersebut secara efektif dan efisien sesuai dengan sasaran-sasaran yang telah ditentukan oleh perusahaan baik sasaran jangka pendek maupun sasaran jangka panjang.

HIPOTESIS
H1 : Orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk.
H2 : Orientasi teknologi berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk.
H3 : Orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
H4 : Orientasi teknologi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
H5 : Inovasi produk berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian penjelasan (explanatory research). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan kerajinan monel yang berlokasi di Jepara dan beroperasi sampai penelitian ini dilakukan. Karena jumlah anggota populasi relatif sedikit (kurang dari 50 perusahaan) sehingga sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode sensus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel dilakukan dengan menyebar kuesioer pada perusahaan kerajinan yang membuat monel yang ada di wilayah Jepara. Dalam penelitian ini sampel yang diperoleh penulis sebanyak 38 responden yang masing-masing merupakan pemilik perusahaan kerajinan monel di Jepara

Tabel 1.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .839a .703 .686 .710
a. Predictors: (Constant), Orientasi Teknologi, Orientasi Pasar
b. Dependent Variable: Inovasi Produk

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 41.827 2 20.914 41.479 .000a
Residual 17.647 35 .504
Total 59.474 37
a. Predictors: (Constant), Orientasi Teknologi, Orientasi Pasar
b. Dependent Variable: Inovasi Produk

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.212 1.397 .867 .392
Orientasi Pasar .299 .111 .290 2.701 .011
Orientasi Teknologi .621 .102 .652 6.069 .000
a. Dependent Variable: Inovasi Produk


Nilai konstanta sebesar 1,212 mempunyai arti bahwa apabila orientasi pasar (X1) dan orientasi teknologi (X2) dalam keadaan tetap (konstan) maka inovasi produk (Y) akan meningkat. Nilai koefisien regresi orientasi pasar (X1) sebesar 0,299 mempunyai arti bahwa apabila orientasi pasar (X1) semakin ditingkatkan, sedangkan orientasi teknologi (X2) dalam keadaan tetap maka inovasi produk (Y) akan meningkat. Nilai koefisien regresi orientasi teknologi (X2) sebesar 0,621 mempunyai arti bahwa apabila orientasi teknologi (X2) semakin ditingkatkan, sedangkan orientasi pasar (X1) dalam keadaan tetap maka inovasi produk (Y) akan meningkat.
Nilai standardized beta variabel orientasi pasar pada persamaan regresi sebesar 0,290 dengan t hitung sebesar 2,701 dan signifikansi pada 0,011 yang berarti bahwa orientasi pasar berpengaruh terhadap inovasi produk. Nilai koefisien standardized coefficient variabel orientasi pasar sebesar 0,290 merupakan nilai path atau jalur p1. Nilai standardized beta variabel orientasi teknologi pada persamaan regresi sebesar 0,652 dengan t hitung sebesar 6,069 dan signifikansi pada 0,000 yang berarti bahwa orientasi teknologi berpengaruh terhadap inovasi produk. Nilai koefisien standardized coefficient variabel orientasi teknologi sebesar 0,652 merupakan nilai path atau jalur p2. Hasil output SPSS menunjukkan besarnya nilai Adjusted R2 sebesar 0,686 yang brerarti bahwa 68,6 % variasi variabel inovasi produk dapat dijelaskan oleh variabel orientasi pasar dan orientasi teknologi. Sedangkan sisanya sebesar 31,4 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
Hasil regresi linier regresi berganda antara orientasi pasar dan orientasi teknologi terhadap kinerja perusahaan dengan inovasi produk sebagai variabel intervening berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .897a .805 .788 .353
a. Predictors: (Constant), Inovasi Produk, Orientasi Pasar, Orientasi Teknologi
b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 17.568 3 5.856 46.879 .000a
Residual 4.247 34 .125
Total 21.816 37
a. Predictors: (Constant), Inovasi Produk, Orientasi Pasar, Orientasi Teknologi
b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .662 .703 .942 .353
Orientasi Pasar .133 .061 .213 2.197 .035
Orientasi Teknologi .154 .073 .266 2.102 .043
Inovasi Produk .315 .084 .520 3.746 .001
a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai standardized coefficient variabel orientasi pasar pada persamaan regresi sebesar 0,213 dengan t hitung sebesar 2,197 dan signifikansi pada 0,035 yang berarti bahwa orientasi pasar berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Nilai koefisien standardized coefficient variabel orientasi pasar sebesar 0,213 merupakan nilai path atau jalur p3.
Nilai standardized coefficient variabel orientasi teknologi pada persamaan regresi sebesar 0,266 dengan t hitung sebesar 2,102 dan signifikansi pada 0,043 yang berarti bahwa orientasi teknologi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Nilai koefisien standardized coefficient variabel orientasi teknologi sebesar 0,043 merupakan nilai path atau jalur p4.
Output pada tabel 4.21, nilai standardized coefficient variabel inovasi produk pada persamaan regresi sebesar 0,520 dengan t hitung sebesar 3,746 dan signifikansi pada 0,001 yang berarti bahwa inovasi produk berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Nilai koefisien standardized coefficient variabel inovasi produk sebesar 0,520 merupakan nilai path atau jalur p5.
Dengan demikian maka nilai standardized coefficient variabel orientasi pasar terhadap inovasi produk sebesar 0,290 merupakan nilai jalur path atau jalur p1, nilai standardized beta variabel orientasi teknologi terhadap inovasi produk sebesar 0,652 merupakan nilai jalur path atau jalur p2, nilai standardized beta variabel orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan sebesar 0,213 merupakan nilai jalur path atau jalur p3, nilai standardized beta variabel orientasi teknologi terhadap kinerja perusahaan sebesar 0,266 merupakan nilai jalur path atau jalur p4, dan variabel inovasi produk terhadap kinerja perusahaan sebesar 0,520 merupakan nilai jalur path atau jalur p5. Besarnya nilai e1 = (1-0,6703)2 = 0,088 dan besarnya nilai e2 = (1- 0,805)2 = 0,038. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan path analysis pengaruh inovasi produk dalam memediasi hubungan variabel orientasi pasar dan orientasi teknologi dengan kinerja perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut :




p4= 0,213
p1= 0,290

p3=0,520
p2= 0,652
p5= 0,266


Gambar 1
Pengaruh Orientasi Pasar dan Orientasi Teknologi terhadap
Kinerja Perusahaan dengan Inovasi Produk sebagai Variabel Intervening

Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa orientasi pasar ternyata berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan dengan nilai sebesar 0,213. Namun secara tidak langsung, orientasi pasar memiliki pengaruh tidak langsung yang lebih kecil dengan nilai sebesar 0,151 sehingga dengan demikian variabel inovasi produk bukan merupakan variabel intervening atau variabel yang mampu memediasi pengaruh antara variabel orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan. Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (0,290 x 0,520) = 0,151. Adapun efek total pengaruh variabel orientasi pasar terhadap variabel kinerja perusahaan sebesar 0,213 + (0,290 x 0,520) = 0,364.
Sementara itu mengenai variabel orientasi teknologi ternyata berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan dengan nilai sebesar 0,266 dan secara tidak langsung, orientasi teknologi memiliki pengaruh tidak langsung yang lebih besar dengan nilai sebesar 0,339 sehingga dengan demikian variabel inovasi produk merupakan variabel intervening atau variabel yang mampu memediasi pengaruh antara variabel orientasi teknologi terhadap kinerja perusahaan. Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (0,652 x 0,520) = 0,339. Adapun efek total pengaruh variabel orientasi teknologi terhadap variabel kinerja perusahaan sebesar 0,266 + (0,652 x 0,520) = 0,552.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ternyata terdapat pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan kerajinan monel di Jepara. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wahyudiono (2007) yang menyatakan bahwa orientasi pasar berpengaruh langsung, positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi orientasi pasar maka akan semakin meningkatkan kinerja perusahaan. Variabel orientasi pasar yang diukur melalui orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi antar departemen menunjukkan sebagian besar perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, sebagian perusahaan melakukan antisipasi terhadap pesaing dan di dalam perusahaan terhadap kerjasama antar departemen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada umumnya perusahaan memiliki orientasi pasar yang sangat luas. Peningkatan kinerja perusahaan melalui orientasi pasar diantaranya melalui penambahan karyawan di departemen marketing serta memperluas wilayah pemasaran sehingga perusahaan dapat mengetahui karakter-karakter konsumen yang mampu menjadi pasar potensial.
Orientasi pasar diukur melalui interaksi perusahaan dengan pelanggan. Hal ini berarti perusahaan juga memfokuskan program pemasarannya dengan menambah intensitas perusahaan dengan pelanggan. Peningkatan intensitas perusahaan dengan pelanggan melalui petugas-petugas yang ditunjuk akan semakin mempererat hubungan kerja antara perusahaan dengan pelanggan karena jumlah perusahaan kerajinan monel di Jepara sangatlah banyak sehingga agar pelanggan tidak berpindah tempat ke perusahaan lain maka perusahaan melalui petugas-petugasnya yang terkait harus lebih meningkatkan interaksinya kepada pelanggan.
Sementara itu, antisipasi terhadap pesaing menjadi salah satu indikator orientasi pasar karena untuk menjadikan perusahaan lebih unggul dibanding pesaingnya, perusahaan harus mempunyai orientasi pasar yang berhasil dicapai. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membenahi marketing mix sehingga persaingan pasar yang semakin ketat dapat diantisipasi sejak dini. Adapun kerjasama antar departemen dibutuhkan agar perusahaan mampu mengendalikan usahanya dengan baik karena adanya kerjasama yang baik antar departemen akan menghasilkan produk-produk yang semakin berkualitas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ternyata terdapat pengaruh orientasi teknologi terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan kerajinan monel di Jepara. Hal ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wahyudiono (2007) yang menyatakan bahwa orientasi teknologi tidak berpengaruh langsung dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Variabel orientasi teknologi diukur melalui pengembangan pemasaran, perlunya teknologi baru dan pengkajian ulang. Menghadapi perkembangan pasar yang selalu berubah secara dinamis maka perusahaan yang bergerak dalam industry kerajinan monel harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan model yang ada di masyarakat. Untuk itu, tenaga pemasaran harus mampu mengembangkan diri dengan cara menambah knowledge / pengetahuan, skill / ketrampilan dan attitudes / tingkah laku dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain itu untuk menunjang kinerja pemasaran, perusahaan kiranya perlu meningkatkan teknologi-teknologi terbaru untuk menghasilkan produk-produk yang lebih variatif. Dalam rangka pengembangan pemasaran dan menghasilkan produk yang lebih variatif dengan teknologi baru, sebelumnya perusahaan perlu melakukan pengkajian ulang sehingga upaya peningkatan teknologi baru tersebut nantinya benar-benar mampu meningkatkan kinerja perusahaan sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa orientasi pasar dan orientasi teknologi ternyata memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Orientasi pasar dan orientasi teknologi merupakan bagian dari inovasi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi produk memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Inovasi produk pada perusahaan kerajinan model merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi perusahaan dalam menciptakan keunggulan kompetitif karena inovasi yang dilakukan oleh perusahaan akan menjadi salah satu faktor untuk menentukan kelangsungan hidupnya. Pelanggan dalam memilih kerajinan monel diantaranya melalui model yang diciptakan sehingga semakin inovatifnya produk-produk kerajinan monel yang berhasil dibuat dan mampu menarik minat pelanggan akan memberikan pilihan yang semakin banyak bagi pelanggan dan adanya banyak pilihan tersebut disebabkan oleh inovasi produk yang dilakukan oleh perusahaan kerajinan monel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek langsung antara orientas pasar terhadap kinerja perusahaan ternyata lebih besar dibandingkan dengan efek tidak langsung antara orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian maka inovasi produk bukan merupakan variabel intervening yang memediasi pengaruh antara orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan ditunjukkan dengan semakin meningkatnya pertumbuhan pelanggan, dan meningkatnya pertumbuhan pelanggan dipengaruhi oleh orientasi pasar yang semakin luas, terlepas apakah perusahaan melakukan inovasi produk ataupun tidak. Perusahaan senantiasa berupaya untuk meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan jumlah pelanggan karena semakin tingginya jumlah pelanggan mengakibatkan volume penjualan semakin meningkat. Hal tersebut akan terpenuhi apabila pasar penjualan yang berhasil dicapai oleh perusahaan juga semakin meluas dan upaya untuk memperluas orientasi pasar tidak harus menunggu adanya inovasi produk. Dengan demikian inovasi produk tidak memediasi pengaruh antara orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek langsung antara orientas teknologi terhadap kinerja perusahaan ternyata lebih kecil dibandingkan dengan efek tidak langsung antara orientasi teknologi terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian maka inovasi produk merupakan variabel intervening yang memediasi pengaruh antara orientasi teknologi terhadap kinerja perusahaan.
Perusahaan yang berorientasi teknologi menunjukkan adanya upaya untuk melakukan inovasi produk karena inovasi produk yang dilakukan kemungkinan besar menuntut adanya peningkatan teknologi sehingga secara tidak langsung inovasi produk menuntut perusahaan untuk berorientasi pada teknologi dalam rangka meningkatakan kinerja perusahaan. Inovasi produk yang semakin variatif pada perusahaan pengrajin monel menuntut perusahaan untuk mengikuti perkembangan teknologi terutama untuk model-model monel yang rumit sehingga teknologi yang digunakan semakin mengikuti kebutuhan sesuai dengan hasil yang diinginkan. Semakin perusahaan berupaya untuk semakin meningkatkan inovasi produk maka memungkinkan perusahaan untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi sehingga hal tersebut mengakibatkan perusahaan tidak hanya berorientasi pada pasar semata, akan tetapi juga berorientasi pada teknologi. Dengan teknologi yang semakin canggih yang dimiliki oleh perusahaan pengrajin monel mengakibatkan inovasi terhadap produk monel semakin variatif dan pada akhirnya berdampak pada peningkatkan kinerja perusahaan. Dengan demikian inovasi produk telah memediasi pengaruh antara orientasi teknologi terhadap kinerja perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara inovasi produk terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa inovasi yang dilakukan pada produk-produk kerajinan monel pada setiap perusahaan mengakibatkan semakin banyak dan variatifnya pilihan kerajinan monel bagi pelanggan atau konsumen sehingga diharapkan inovasi produk yang dilakukan terhadap produk-produk monel mampu menumbuhkan minat konsumen dalam melakukan pembelian sehingga secara tidak langsung berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan. Dengan demikian semakin inovatifnya produk-produk monel yang berhasil diciptakan akan semakin meningkatkan kinerja perusahaan.

KESIMPULAN
1. Orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk., hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi orientasi pasar maka akan semakin meningkatkan kinerja perusahaan..
2. Orientasi teknologi berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi orientasi teknologi maka akan semakin meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap kinerja produk Inovasi produk bukan merupakan variabel intervening yang memediasi pengaruh antara orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan efek langsung yang lebih besar dibandingkan dengan efek tak langsung
4. Orientasi teknologi berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk. Inovasi produk merupakan variabel intervening yang memediasi pengaruh antara orientasi teknologi terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan efek langsung yang lebih kecil dibandingkan dengan efek tak langsung
5. Inovasi produk berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa inovasi yang dilakukan pada produk-produk kerajinan monel pada setiap perusahaan mengakibatkan semakin banyak dan variatifnya pilihan kerajinan monel bagi pelanggan atau konsumen.
SARAN
Berdasarkan hasil analisis maka diberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi perusahaan maupun bagi penelitian selanjutnya. Beberapa saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Pada orientasi pasar hendaknya perusahaan mengembangkan wilayah marketingnya agar pelanggan lebih tahu dan mengenal produk yang dibuat karena adanya sistem pasar global.
2. Pada orientasi teknologi, hendaknya perusahaan selalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada yang sekarang ini adanyha teknologi on line sehingga pelanggan dapat mengetahui keberadaan produk perusahaan melalui jaringan internet
3. Pada inovasi produk, hendaknya perusahaan secara sistematis dan menyeluruh memberikan superior value pada konsumen (pelanggan) agar selalu dapat mengumpulkan dan dapat memperoleh informasi tentang pelanggan, pesaing yang dapat mempengaruhi pasar. Sehingga diharapkan inovasi produk yang dilakukan terhadap produk-produk monel mampu menumbuhkan minat konsumen dalam melakukan pembelian.
4. Hendaknya perusahaan meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat memberikan keuntungan dengan cara mendayagunakan berbagai asset strategik yang berciri khas perusahaan dan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan produk luar.
DAFTAR PUSTAKA
Craven, David W., 1996, Pemasaran Strategis, Edisi Keempat, Jilid Satu (alih bahasa Lina Salim), Erlangga, Jakarta
Djarwanto Ps dan Pengestu Subagyo. 1995, Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta
Ferdinand, Augusty, 2000, Strategic Selling-In Management : Sebuah Pendekatan Pemodelan Strategi, BP Undip, Semarang.
------------------------, 2000, “Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen” Seri Pustaka Kunci No. 02, Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarnag
Kotler, Philip dan Susanto A.B., 2000, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta
Lamb, Charles W. Joseph F. Hair, Carl McDaniel, 2001, Pemasaran, Buku satu (alih bahasa David Octarevia), Salemba Empat, Jakarta
Malayu Hasibuan,1993, Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Ekonomi dan Bisnis, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta
Nurumansyah Hasibuan, 1993, Ekonomi Industri, LP3ES, Jakarta
Permadi M.F., 1998, Pengembangan Konsep Market Performance, Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 13 No. 3
Saifuddin Azwar, 2004, Reliabilitas dan Validitas, Edisi Ketiga, Cetakan Kelima, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Stanton William, J. 1994, Prinsip Pemasaran, Edisi Ketujuh (alih Bahasa Yohanes Lamarto), Erlangga, Jakarta
Wahyono, 2002, Orientasi Pasar dan Inovasio : Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran, Jurnal Sains dan Pemasaran
Wahyudiono, 2007, Pengaruh Orientasi Pasar dan Orientasi Teknologi Terhadap Inovasi Berkelanjutan dan Kinerja Perusahaan Cunsomer Goods di Surabaya, Jurnal Sains dan Pemasaran